Peringatan itu menyusul suara gemuruh dan getaran hebat yang diikuti hujan abu dari Gunung Raung yang saat ini statusnya Siaga III.
"Kita minta mereka untuk sementara meninggalkan pondok yang mereka tempati, agar pulang ke rumahnya yang ada di perkampungan. Kita khawatir suara gemuruh yang terjadi tadi malam, merupakan tanda gunung itu akan meletus," kata Kepala Desa Gunung Malang Budi Hariono kepada detiksurabaya.com, Rabu (31/10/2012).
Warga yang diminta turun itu, merupakan warga yang tinggal di kawasan kampung Magersaren. "Mereka selama ini menggarap lahan milik perhutani di sana. Mereka mendirikan pondok dan menetap di sana. Jumlahnya ada sekitar 4 KK. Sudah kita minta agar turun, dan ternaknya juga sudah kita minta agar dibawa juga,” lanjut Budi.
Budi menyatakan, saat terjadi gemuruh besar tadi malam, sejumlah warga, khususnya warga Dusun Ajung Babi, keluar rumah, bahkan bersiap-siap untuk mengungsi.
"Mereka ketakutan, apalagi suara gemuruh itu diikuti dengan hujan abu yang cukup lebat. Semalaman warga tidak tidur karena ketakutan," kata Budi.
Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Desa Rowosari Supardi. Menurut Supardi, ada sekitar 15 orang yang sebelumnya menetap di pondok pertanian di kaki gunung Raung, diminta turun ke perkampungan. "Mereka itu masuk Dusun Gerdu Timur. Sudah kita minta turun," tegas Supardi.
Supardi juga mengaku gemuruh dari Gunung Raung sangat besar dirasakan masyarakat. "Tapi untuk hujan abunya tidak sampai ke tempat kami. Tapi memang suara gemuruhnya sangat menakutkan sekali," terang Supardi.
Budi Hariono maupun Supardi, mengaku pihak desa sudah menyiapkan sejumlah titik tempat berkumpulnya warga, jika memang gunung Raung meletus. Di masing-masing desa, rata-rata ada empat sampai lima titik tempat berkumpulnya warga. Hal ini agar memudahkan pihak desa untuk melakukan evakuasi.